Custom Search Engine

Loading

Minggu, 01 Januari 2012

Venomku Mengalir Dalam Darahmu


         Menurut Arief Muhammad, cinta itu seperti kentut, keluar dengan sendirinya, tak bisa disembunyikan. Menurut Raditya Dika, cinta itu berat diongkos.  Menurut pandangan Jack dan Rose, cinta itu adalah perjuangan. Menurut Ronald Weasley dan Hermione Granger, cinta itu adalah persahabatan. Menurut Bella Swan dan Edward Cullen, cinta itu pengorbanan dan keabadian sedangkan Romeo dan Juliet memandang cinta itu adalah kebersamaan.
        Cinta bak merpati putih yang terbang dengan angggunnya menghampiri sang penanti cinta. Akan tetapi, merpati itu mati tak berdaya dalam gengaman sang penanti yang menyalahkan arti cinta. Cinta sekarang telah banyak ternodai. Banyak orang yang yang mengatasnamakan cinta untuk melakukan hal yang tidak baik. “Kalau Kamu cinta, Kamu pasti mau memberi apa yang Aku ‘mau’”, cinta itu bukan pemaksaan tetapi keikhlasan.
        Cinta dimulai dengan misteri yang perlahan-lahan akan terungkap dan juga diakhiri dengan misteri yang tak pernah akan tahu. Hubungan akan sejalan dengan terungkapnya misteri-misteri yang terkadang menyakitkan. Menerima pasangan apa adanya akan menjadi solusi mengatasi misteri-misteri yang tak terduga.
        Cinta menuntut kita untuk pintar memilah dan memilih. Jangan diperbodohkan oleh cinta dan orang yang mencintai kita dengan hasrat yang tidak baik. Orang yang hanya memikirkan kesenangannya tanpa memikirkan akibat yang akan ditimbulkan, tidak akan bisa  memaknai apa itu cinta yang sebenarnya.
        Cinta seperti merpati yang mengorbankan sayapnya demi mawar putih yang ingin mengubah kelopaknya menjadi merah. Merpati memotong sayapnya untuk mewarnai kelopak mawar putih menjadi merah dengan darahnya. Cinta butuh pengorbanan dan pembuktian.
        Pengorbanan untuk cinta adalah bukti cinta yang sebenarnya. Pengorbanan memang seperti halnya cinta yang menyakitkan. Akan tetapi, memaknai pengorbanan akan membawa kita perlahan-lahan untuk memaknai cinta.
        Cinta terlarang seperti apel dalam cerita-cerita kuno apabila kita salah memaknai cinta. Akan tetapi, cinta sendiri yang akan menawarkan racunnya apabila kita telah memaknai cinta.
        Cinta seperti venom yang mengalir dalam darah. Venom yang mematikan atau bahkan dapat menyembuhkan. Kita perlu memaknai cinta yang sebenarnya seperti kita merasakan venom yang mengalir dalam darah kita. Venom yang dapat membawa kita kepada keabadian cinta apabila kita dapat memaknai apa itu cinta. Akan tetapi, venom juga dapat membawa kita ke kematian apabila kita salah memaknai cinta. Apakah kita akan mmaknai cinta atau hanya sekedar mengenal cinta? Hanya kita sendiri yang dapat memilih      
        Memaknai cinta akan membantu kita untuk mengenal cinta yang tulus, baik yang kita berikan ataupun yang kita dapatkan.
        Masa penantian cinta akan menjadi waktu yang tepat untuk mulai belajar memaknai cinta sebelum pangeranmu datang dengan kuda putih menjemput hatimu ataupun sebelum bidadari yang menanti kedatanganmu. Hiduplah dalam cinta yang sudah bermakna karena cinta tidak akan berhenti seperti adzan-adzan yang selalu berkumandang di bumi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar