Menurut Arief Muhammad,
cinta itu seperti kentut, keluar dengan sendirinya, tak bisa disembunyikan.
Menurut Raditya Dika, cinta itu berat diongkos.
Menurut pandangan Jack dan Rose, cinta itu adalah perjuangan. Menurut
Ronald Weasley dan Hermione Granger, cinta itu adalah persahabatan. Menurut
Bella Swan dan Edward Cullen, cinta itu pengorbanan dan keabadian sedangkan Romeo
dan Juliet memandang cinta itu adalah kebersamaan.
Cinta bak merpati putih yang terbang
dengan angggunnya menghampiri sang penanti cinta. Akan tetapi, merpati itu mati
tak berdaya dalam gengaman sang penanti yang menyalahkan arti cinta. Cinta
sekarang telah banyak ternodai. Banyak orang yang yang mengatasnamakan cinta
untuk melakukan hal yang tidak baik. “Kalau Kamu cinta, Kamu pasti mau memberi
apa yang Aku ‘mau’”, cinta itu bukan pemaksaan tetapi keikhlasan.
Cinta dimulai dengan misteri yang
perlahan-lahan akan terungkap dan juga diakhiri dengan misteri yang tak pernah
akan tahu. Hubungan akan sejalan dengan terungkapnya misteri-misteri yang
terkadang menyakitkan. Menerima pasangan apa adanya akan menjadi solusi
mengatasi misteri-misteri yang tak terduga.
Cinta menuntut kita untuk pintar memilah dan
memilih. Jangan diperbodohkan oleh cinta dan orang yang mencintai kita dengan
hasrat yang tidak baik. Orang yang hanya memikirkan kesenangannya tanpa
memikirkan akibat yang akan ditimbulkan, tidak akan bisa memaknai apa itu cinta yang sebenarnya.
Cinta seperti merpati yang mengorbankan
sayapnya demi mawar putih yang ingin mengubah kelopaknya menjadi merah. Merpati
memotong sayapnya untuk mewarnai kelopak mawar putih menjadi merah dengan
darahnya. Cinta butuh pengorbanan dan pembuktian.
Pengorbanan untuk cinta adalah bukti
cinta yang sebenarnya. Pengorbanan memang seperti halnya cinta yang
menyakitkan. Akan tetapi, memaknai pengorbanan akan membawa kita perlahan-lahan
untuk memaknai cinta.
Cinta terlarang seperti apel dalam
cerita-cerita kuno apabila kita salah memaknai cinta. Akan tetapi, cinta
sendiri yang akan menawarkan racunnya apabila kita telah memaknai cinta.
Cinta seperti venom yang mengalir dalam darah. Venom yang mematikan atau bahkan dapat menyembuhkan. Kita perlu
memaknai cinta yang sebenarnya seperti kita merasakan venom yang mengalir dalam darah kita. Venom yang dapat membawa kita kepada keabadian cinta apabila kita
dapat memaknai apa itu cinta. Akan tetapi, venom
juga dapat membawa kita ke kematian apabila kita salah memaknai cinta. Apakah
kita akan mmaknai cinta atau hanya sekedar mengenal cinta? Hanya kita sendiri
yang dapat memilih
Memaknai cinta akan membantu kita untuk
mengenal cinta yang tulus, baik yang kita berikan ataupun yang kita dapatkan.
Masa penantian cinta akan menjadi waktu
yang tepat untuk mulai belajar memaknai cinta sebelum pangeranmu datang dengan
kuda putih menjemput hatimu ataupun sebelum bidadari yang menanti kedatanganmu.
Hiduplah dalam cinta yang sudah bermakna karena cinta tidak akan berhenti
seperti adzan-adzan yang selalu berkumandang di bumi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar